Jumat, 07 April 2017

contoh tanaman ganja

Mengenal Jenis Tanman Ganja - Tanaman ganja memiliki nama latin Cannabis Sativa atau Cannabis Indica. Tanaman ini merupakan tanaman perdu liar yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub tropis seperti ; Indonesia, India, Nepal. Thailand, Laos, Kamboja, Colombia, Jamaica, Rusia bagian selatan, dan Korea. (Baca : Mengenal Sejarah Ganja Dan Solusinya)

Tanaman ganja dikenal dengan nama lain mariyuana, atau sering di sebut dengan nama gele atau cimeng di kalangan anak-anak remaja dan dewasa. Dan tamana ini memiliki zat yang mengandung kadar THC tinggi yang bisa membuat orang mabok bagi yang mengkonsumsinya dan orang-orang yang berada di sekitarnya yang terhirup asap atau udara dari pembakaran ganja tersebut.

Semua bagian dari tanaman ganja ini mengandung kanabiod psikoaktif delta-9-tetra hyndrocannabinol atau Delta 9 THC.  Dan untuk kadar THC yang tertinggi pada tanaman ganja ini berada pada pucuk tanaman betinanya yang sedang berbunga. Tumbuhan ini diolah dengan cara mengeringkan daun, batang, dan bijinya. Ganja kering biasnya terdiri atas campuran daun (+/- 50 %), ranting (+/- 40%) dan bijinya (+/-10%).

Dari informasi Badan Narkotika Nasional tumbuhan ini memiliki kandungan zat narkotika yang memabukan, dari pengakuan para tersanga pengedar narkoba dan ganja ; tanaman ini biasanya dipotong, dikeringkan kemudian digulung menyerupai roko. Pemakaian ganja sebagain besar dengan cara dibakar lalu dishisap asapnya atau dicampur dengan roko.

Lanjut keterangan informasi yang saya terima dari Badan Narkotika Nasional......
Untuk beberapa wilayah daerah Indonesia seperti Aceh, Medan, dan Padang untuk kawasan daerah tersebut dikenal tanaman ganja ini sebagai bahan campuran makanan dan minuman sebagai bumbu tambahan pada masakan khas mereka.

Walaupun penyalahgunaan ganja tidak menyebabkan ketagihan secara signifikan akan tetapi ganja merupakan salah satu pintu gerbang menuju pemakaian narkoba lain yang jauh lebih berbahaya, dan hal ini telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Dari informasi yang saya dapatkan dari pusat informasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat di kawasan Cibubur Jalan Raya Lapangan Tembak, Jakarta Timur, bahwa bagi pemakai ganja akan mengalami efek yang akan dialami dirinya, baik itu dalam bentuk fisik dan kejiwaan.

Efek yang ditimbukan dari penyalahgunaan ganja atau cannabis kepada si pemakainya :

  1. Si pemakai ganja akan cendrung merasa lebih relax atau santai.
  2. Menimbulkan rasa euforia atau happy dan mudah tertawa tanap sebab akibat.
  3. Menimbulkan rasa perjalanan waktu yang sangat lama dia rasakan oleh pemakainnya.
  4. Menimbulkan persepsi jarak yang terganggu.
  5. Menimbulkan efek sering berfantasi kepada para penggunanya.
  6. Menimbulkan selera makan yang tinggi.
  7. Menimbulkan denyut nadi yang bertambah cepat dari yang normal.
  8. Menimbulkan suhu badan yang meningkat.
  9. Menimbulkan kering pada muliut dan tenggorokan.
  10. Dan bola mata akan terlihat memerah dan nampak turun.
 Sedangkan untuk penggunaan dosis tinggi dan tidak terkontrol pada ganja akan mengkibatkan efek ;
  1. Ilusi (Khayalan)
  2. Delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata)
  3. Depresi (mental tertekan)
  4. Kebingungan.
  5. Aliensi (keterasingan)
  6. Halusinasi.
  7. Adakalanya meninggalkan gejala psikotik yang ditandai oleh rasa ketakutan dan agresifitas.
Sedangkan dampak pada pengguna ganja akan mengalami gangguan fungsi fisik secara teratur dan berkepanjangan seperti ;
  1. Radang Paru-paru.
  2. Iritasi dan pembengkakan saluran nafas.
  3. Memperburuk aliran darah koroner dan menimbulkan serangan nyeri dada.
  4. Daya karsinogenik (zat penyebab kanker) yang lebih tinggi dari pada tembakau.
  5. Menekan produksi lekosit sehingga menurunkan daya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
  6. Menurunkan kadar hormon pertumbuhan, tiroksin (hormon kelenjar gondok) dan hormon kelamin baik pada laki-laki maupun perempuan.
Sedangkan untuk gangguan secara psikis bagi pengguna ganja secara teratur dan berkepanjangan akan mengakibatkan ;
  1. Menurunkan kemampuan berfikir.
  2. Menurunkan kemampuan membaca, berbicara, dan berhitung.
  3. Mengganggu fungsi psikomotor, gerakan menjadi lamban.
  4. Kecenderungan menghindari kesulitan dan menganggap enteng masalah.
  5. Tidak memikirkan masa depan.
  6. Sindrom amotivasional (tidak memiliki semangat juang).

Tanaman Ganja ini cukup hidup subur di sekitar daerah perbukitan yang memiliki ketinggian 1,000 meter di atas permukaan laut. Melihat kondisi letak geografis dan daerah Indonesia yang memiliki kawasan yang luas dengan dataran tinggi seperti ini, maka bagi teman-teman tidak ada salahnya untuk mengenal jenis tanaman ganja dengan bentuknya.

Hal ini agar kita dapat tercegah kena dampak akan aturan pemerintah Indonesia yang telah di tetapkan dalam Undang-Undang Nomor.35 Tahun 2009 ini tentang Narkotika yang di dalamnya mengatur bentuk pasal yang mengetahui keberadaan dari tanaman ganja ini bila tidak melapor kepada instansi pemerintah terkait dalam hal ini seperti POLRI dan Badan Nasional Narkotika.

Di bawah ini adalah beberapa bentuk jenis tanaman ganja yang bisa kita kenali dari bentuknya :

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Di atas terbuat adalah tanaman ganja yang tumbuh di kawasan daerah Sumatera. Tanaman ini tumbuh di kawasan perbukitan dan berada di luar atau di ladang tanpa di dalam ruangan.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Tanaman tersebut di atas memiliki nama Big Bud dan termasuk jenis tanaman ganja unggulan, dengan bunga yang indah dan dapat hidup di dalam ruangan.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Tanaman tersebut di atas merupaka tanaman ganja dari jenis Ice, Bentuk daunnya mirip daun yang mengkristal, dan termasuk jenis pohon ganja yang terkenal di dunia.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Tanaman tersebut di atas termasuk jenis tanaman ganja dengan nama "Nothern Light". Keunggulan dari tanaman ganja yang satu ini adalah mudah di tanam, dan mudah tumbuh di dalam ruangan. Saat ini tanaman ini sedang masuk dalam penelitian untuk kesehatan.

Gambar tersebut di atas merupakan jenis tanaman ganja dengan nama New Tork Diesel. Tanaman ganja ini tidak bisa hidup di lokasi daerah tropis, namun dai bisa hidup di dalam ruangan. Untuk pertumbuhannya tanaman ganja ini bisa tinggi +/- 4 kaki di dalam ruangan, sedangkan untuk di luar ruangan tanaman ini bisa mencapai +/- 12 kaki.
http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html
Jenis tanaman ganja di atas memiliki nama "Lowryder" dan termasuk jenis tanaman ganja yang berukuran mini atau kecil. Untuk jenis tanaman ini perkembangbiakannya hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu, dan dapat menghasilkan bunga pada hitungan 30 - 45 hai. Tanaman ini dapat hidup di daerah mana saja.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Tanaman ganja tersebut di atas dikenal di kalangan dunia internet memiliki jenis nama "Blueberry", hal ini disebabkan tunaman ini bila di konsumsi rasanya sama dengan bluebarry. Untuk pertumbuhannya tanaman ganja ini akan bagus di luar rumah, namun sangat dibutuhkan perhatian khusus untuk merawatnya.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html


Tanaman ganja tersebut di atas dikenal dengan nama "AK-47", namun sampai saat ini mencari sebab musabab tanaman ini dinamakan Ak-47 saya belum menemukannya. Dan tanaman ganja ini sangat baik tumbuh di area luar dan di dalam ruangan.
http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Tanaman ganja tersebut di atas tidak rubahnya dengan jenis tanaman ganja lainnya yang dapat hidup di area luar ruangan. Nama jenis tanaman ganja ini adalah "Purpel Power". Tanaman ini membutuhkan matahari untuk pertumbuhannya yang cukup.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2014/03/mengenal-jenis-tanaman-ganja.html

Dan untuk tanaman ganja yang terakhir adalah "Afgan". Entahlah kenapa namanya seperti salah satu nama artis top Indonesia. Yang unik dari tanaman ganja jenis ini, pada saat akan di panen, tanaman ini mengeluarkan aroma bensin (bahan bakar yang biasa di pakai kendaraan) di sekitarnya.  Diluar efek memabukan tanaman ganja ini diketahui sebagai obat pereda penyakit insomia dan nyeri kronis.

Itulah beberapa jenis dari tanaman ganja yang bisa dita kenal dari bentuk pohonnya. Walau kita sering mendengar nama ganja, dan tahu tanaman tersebut merupakan tanaman terlarang dan di atur dalam Undang-Undang Pemerintah Indonesia.

Dengan mengenal jenis tanaman ganja walau hanya sebagian jenis saja, semoga hal ini dapat membantu teman-teman untuk dapat melakukan pencegahan kepada anak, keluarga dan kerabat untuk tidak menyalahgunakan tanaman ganja. ( Baca : Cegah Penyalahgunaan Narkoba Sedini Mungkin )

Mengenal jenis tanaman ganja dan efeknya sedini mungkin, hal ini dapat membantu diri kita untuk menghindari dari hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi di dalam keluarga kita dan lingkungan terdekat. Bila hal kedapatan anggota keluarga kita terkena dan menjadi penyalahgunaan ganja, sebaiknya segera lakukan penyelamatan kepada mereka untuk melaporkan diri kepada Institusi Penerimaan Wajib Lapor bagi para pengguna narkoba. Hal ini berfungsi sebagai salah stau upaya kita menyelamatkan generasi bangsa Indonesia yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika seperti ganja, untuk menjadikan Indonesia Bebas Narkoba.

perang sampit

 -.


Heboh, Misteri Perang Sampit, Dayak Madura Vs Dayak Klimantan, Inilah Alasan Terjadi Peperangan

Heboh, Misteri Perang Sampit, Dayak Madura Vs Dayak Klimantan, Inilah Alasan Terjadi Peperangan
Heboh, Misteri Perang Sampit, Dayak Madura Vs Dayak Klimantan, Inilah Alasan Terjadi Peperangan
PORTAL ISLAMI: Peristiwa Sampit ini menjadi sebuah kota yang digambarkan begitu menakutkan karena pertikaian etnis. Masyarakat Dayak adalah masyarakat tradisional yang memegang teguh harkat dan harga diri.Sejak “peradaban” masuk ke dalam kehidupan mereka, budaya “kekerasan”yang dahulu secara turun-temurun mulai ditinggalkan. 
Gambaran kasar tentang orang dayak secara umum, Orang Dayak adalah masyarakat tradisional dan mempunyai sifat pemalu terhadap pendatang.Namun, masyarakat Dayak mempunyai sistem kekerabatan dan persatuan yang kuat antar masyarakat Dayak di seluruh pulau Kalimantan (termasuk Dayak di wilayah Malaysia).
Banyak sebab yang membuat mereka seakan melupakan asazi manusia, baik sebab langsung maupun tidak langsung.Masyarakat Dayak di Sampit seperti selalu “terdesak” dan selalu mengalah dan memang mereka lebih suka memilih mengalah. 
Dari kasus pelarangan menambang intan di atas “tanah adat” mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, sampai kampung mereka harus berkali-kali berpindah karena harus mengalah dari para penebang kayu yang terus mendesak mereka makin ke dalam hutan. 
Sayangnya, kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus tersebut. Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme Dayak-Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap oleh aparat yang penegak hukum.
Dalam keseharian Masyarakat Dayak, kehidupan mereka ternyata jauh dari anggapan kita yang mengira bahwa mereka itu beringas. Mereka ternyata sangat pemalu, menerima para pendatang, dan tetap menjaga keutuhan masyarakatnya baik religi dan ritual mereka. Mereka tidak pernah mengganggu para penebang kayu yang mendesak mereka untuk terus mengalah. Mereka tidak pernah menentang anggota masyarakatnya yang ingin masuk agama yang dibawa oleh orang-orang pendatang.
Mereka dengan ringan-tangan membantu masyarakat sekitarnya. Mereka tidak pernah membawa mandau, sumpit, ataupun panah ke dalam kota Sampit untuk “petantang-petenteng”.Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya “kekerasan” ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai”pendatang”). 
Sering terjadi kasus pelanggaran “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu “perang antar etnis Dayak-Madura”.
Dayak dikenal berilmu tinggi hingga bisa membedakan suku Madura dengan suku-suku lainnya, yang jelas suku-suku lainnya luput dari “serangan beringas” orang Dayak. Banyak yang mengaitkan peristiwa-peristiwa aneh selama “perang” tersebut dengan kepercayaan animisme Dayak (Kaharingan). Banyak bukan saja masyarakat dayak Sampit yang berada di sana, tetapi juga ada 5 suku besar Dayak lainnya dari beberapa propinsi di pulau Kalimantan . Bayangkan, masyarakat Dayak yang sebelumnya bukan masyarakat mayoritas di sana, saat terjadi “perang” jumlah mereka berlipat ganda.
Pengungsian besar-besaran masyarakat suku lain (selain Dayak dan Madura) hanya dikarenakan rasa ngeri melihat “perang” dan lumpuhnya perekonomian Sampit.(Dayak) tidak menyerang orang (madura) yang sempat bersembunyi di dalam Masjid atau Gereja.meski pada intinya suku Madura seperti sangat merasa berkuasa di sana..dan sempat ingin mengganti nama menjadi Sampang 2 (salah satu kota besar di Madura)
Seorang pemuda bersenjata mandau duduk tepekur di trotoar jalan, di Depan Hotel Putra Sampit, Kotawaringain Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng). Mandau di tangannya masih meneteskan darah. Matanya tampak berkaca-kaca, dan sesekali ia sesenggukan. Ahmad, pemuda beretnis
Banjar yang kebetulan rumahnya dekat dengan trotoar jalan itu, memberanikan diri menghampiri.Ahmad bertanya dalam bahasa Melayu, ternyata pemuda yang sedang menangis itu tidak mengerti. Ia tak lain adalah warga Dayak pedalaman. Lalu, terjadilah dialog dalam bahasa daerah. “Kenapa Anda menangis,” tanya Ahmad. “Bagaimana tidak, saya telah melakukan pembunuhan,” jawab pemuda Dayak itu. Pemuda Dayak itu lantas nyerocos, kalau mengingat pembunuhan yang dilakukannya, ia merasa kasihan pada warga Madura.
Tapi jika mengingat kelakuan etnis asal pulau garam itu, akunya, rasa kasihannya menjadi hilang.Pemuda itu hanyalah salah satu dari ratusan pemuda Dayak yang melakukan penyerangan ke Sampit. Menurut budayawan Dayak Kalteng,Gimong Awan, memang banyak di antara warga Dayak yang mengikuti’peperangan’ itu adalah pemuda berusia di bawah 30 tahun. Penyesalan setelah membunuh itu muncul, duga Gimong, karena telah habisnya pengaruh ‘isian’ yang dilakukan oleh orang sakti Suku Dayak
Seperti disaksikan oleh banyak warga Sampit, sebelum melakukanpenyerangan, beberapa subsuku Dayak memang malakukan ritual. WargaDayak yang ikut ritual itu setelah diisi, kulitnya dicoba disayat satu per satu. Apabila ada yang luka, berarti ia tidak berbakat untuk mendapatkan ‘kekebalan’. Bagi yang digores tidak berdarah, maka ia lulus sebagai inti dari pasukan perang Dayak.”Isian itu dilakukan seperti di Pencak Silat semacam Satria Nusantara,” ujarnya. Selepas ‘isian’ habis, tambahnya, mungkin mereka baru menyadari bahwa pembunuhan yang dilakukannya itu dilarang oleh agama yang mereka anut.
Tapi, apa yang membuat suku Dayak di Kalteng begitu kalap dalam menghadapi warga Madura? Hampir semua warga dan tokoh Dayak yang ditemui Republika menunjuk perilaku kebanyakan etnis Madura sebagai penyebabnya. H Charles Badarudin, seorang tokoh Dayak di Palangkaraya menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang tidak mencerminkan peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.
Banyak warga Madura yang baru datang ke Kalteng meminjam tanah kepada warga Dayak. Di atas tanah itu kemudian dibangun rumah, atau kadang ditanami sayur mayur. Status tanah itu sebenarnya tetap pinjaman,warga Dayak tak menarik sewa. 
Setelah beberapa tahun, tanah itu pun diminta karena suatu keperluan. Tapi, bukan tanah yang dikembalikan,namun celurit yang justru dikeluarkan. “Ketika ditunjukkan surat kepemilikan tanah, orang Madura bilang, kamu punya suratnya, saya punya tanahnya,” ujar Charles, yang mengaku kemenakan pahlawan Kalteng, Tjilik Riwut.Kasus seperti itu dinilai warga Dayak terlalu sering terjadi.
Bukan hanya itu, tak jarang terjadi pembunuhan yang dilakukan warga Madura,namun aparat hanya menangkap sebentar kemudian melepasnya. ‘Kenakalan’semacam itu tidak hanya terjadi di perkotaan. Sebagai pendatang, warga Madura juga berani masuk ke daerah pedalaman, seperti wilayah pertambangan. “Ada untungnya orang Madura mengungsi. 
Saya jadi aman dari perampokan,” tutur Surti, pendatang dari Jawa yang tinggal didaerah pertambangan bersama suaminya.Di bidang ekonomi, warga Madura pun menguasai hampir semua sektor.Warga lokal hampir selalu kalah bersaing dalam memperebutkan lahan usaha. Di pelabuhan misalnya, sulit bagi etnis lain untuk menjadi buruh kasar sekalipun, tanpa restu orang Madura.
Konon, yang masuk kelahan mereka tanpa restu, bisa dibunuh.Dominasi di bidang ekonomi itu tampak jelas, karena setelah orang Madura dipaksa mengungsi, warga Sampit dan Palangkaraya kesulitan mencari sembilan kebutuhan pokok (sembako). Pasalnya, tak ada lagi pedagang eceran, karena semuanya mengungsi.
Akumulasi permasalahan itu menjadikan warga Dayak sakit hati.Kejadian, 18 Februari 2001 hanyalah pemicu terjadinya perang besar-besaran. Pada hari itu terjadi pembunuhan terhadap empat orang keluarga Matayo di Sampit. Itu membuat marah warga Madura. Mereka mencari pembunuhnya yang diduga bersembunyi di rumah Timil, seorang warga Dayak. 
Mereka mengepung rumah keluarga Timil itu. Dalam situasi panas itu, apalagi warga Dayak dari rumah Timil keluar juga memegang mandau, aparat kepolisian datang. Mereka kemudian menangkap 38 tersangka dari suku Dayak yang diduga melakukan pembunuhan terhadap keluarga Matayo.Puas? Ternyata belum.

Baca juga: hal-hal yang menyebabkan Batalnya Wudhu dan Larangan Bagi Orang Yang Tidak Berwudhu
Warga Madura tetap melampiaskan kemarahannya.Mereka mendatangi rumah Sengan, warga Dayak yang masih ada hubungan darah dengan Timil. Mereka bahkan membakar rumah itu. Naas bagi Timil.Dia bersama anak dan cucunya tewas terpanggang. Kemarahan warga Madura belum berhenti. 
Hari itu, mereka setidaknya melakukan pembakaran terhadap 14 rumah dan 10 kendaraan bermotor. Sampai esok harinya>(19/02), warga Madura menguasai kota Sampit. Mereka memburu warga Dayak. Mereka keliling kota dengan membawa clurit, baik dengan jalan kaki maupun memakai kendaraan bermotor. Ada beberapa spanduk yang dipasang, di antaranya “Sampit, kota Sampang II”.Tiga orang Dayak tewas dalam insiden ini. 
Pengungsian warga Dayak,Jawa, Banjar, dan Tionghoa mulai terjadi. Rumah jabatan bupati Kotawaringin Timur mulai dipadati pengungsi. Ribuan orang mengungsi ke Jawa dengan KM Binaiya. Entah siapa yang mengontak, mulai 20 Februari 2001, warga Dayak dari luar kota Sampit, termasuk dari pedalaman,menyerbu Sampit.
Pertempuran sengit pun terjadi. Warga Madura keteter.Warga Dayak membakar dan merusak rumah warga Madura. Penghuninya pun diburu. Pemenggalan kepala mulai banyak terjadi. Warga Dayak ganti menguasai kota.Esoknya (21/2), perburuan Dayak masih terjadi. Malah wilayah pencarian kian meluas, keluar dari kota Sampit. 
Sementara perlawanan warga keturunan Madura kian melemah. Mereka lebih memilih mengungsi, atau lari ke hutan. Kantor Pemda setempat menjadi pilihan pengungsian yang dipandang paling aman. Hari-hari berikutnya, langkah ‘pembersihan’masih terjadi. Baru pada Rabu (28/2) situasi berangsur tenang, meski tetap saja ada aksi pembakaran di sana sini. Pun, jejak kerusuhan berupa mayat –sebagian besar tanpa kepala– masih berserakan disungai-sungai. Bau anyir mayat menyengat hidung.
Warga Sampit meyakini korban tewas tanpa kepala mencapai lebih dari 1.000 orang. Dalam budaya Dayak memang dikenal istilah ngayau,eksekusi dengan memenggal kepala lawan. “Budaya itu sebenarnya telah dihentikan dengan adanya perjanjian Tumbang Anoy (letaknya kira-kira 300 KM timur Palangkaraya) pada 1884,” ungkap Gimong.
Dalam sejarah Dayak pun, kata dia, jarang sekali ada ngayau yang mencapai angka ratusan atau bahkan ribuan. Tapi, ujar Gimong, pernah ada satu ngayau besar-besaran sebelum peradaban Islam menyentuh Kalimantan. “Kejadian itu disebut Asang Paking Pakang,” tuturnya.Dalam kejadian itu, warga Dayak di hulu sungai-sungai besar menyerang secara besar-besaran warga Dayak di hilir sungai. “Beribu-ribu pasukan Dayak hulu, seperti tikus, melakukan penyerangan,” kisah Gimong.”Dayak hulu merasa kelakuan Dayak hilir sudah keterlaluan.
Mereka sakit hati karena banyak anggota kelompok mereka yang dikayau.”Dalam penyerangan itu, tak peduli anak-anak atau perempuan, di- kayau.Asang memang berarti pembunuhan berskala besar. Ketemu perahu,dihancurkan. Dapat ternak juga di sikat. Bahkan, dapat kuburan pun mereka bongkar dan hancurkan. Melihat pola dan jumlah korban dalam tragedi terakhir di Sampit, Gimong menilai mirip dengan Asang Paking Pakang. “Tragedi Sampit adalah Asang Paking Pakang jilid dua,”katanya. Tapi, dalam pandangannya, kejadian itu adalah kemunduran 100 tahun bagi suku Dayak.

Dasar Penyebab Perang
Tahun 1972 di Palangka Raya, seorang perempuan Dayak digodai dan dip3rk0s4, terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.
Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan atas warga Kasongan bernama Pulai yang beragama Kaharingan tersebut, oleh tokoh suku Dayak dan Madura diadakan perdamaian: dilakukan peniwahan Pulai itu dibebankan kepada pelaku pembunuhan, yang kemudian diadakan perdamaian ditanda tangani oleh ke dua belah pihak, isinya antara lain menyatakan apabila orang Madura mengulangi perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.
Tahun 1996, di Palangka Raya, seorang perempuan Dayak dip3rk0s4 di gedung bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat ringan.
Tahun 1997, di Desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua, tindakan hukum terhadap orang
Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya.
Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ?tukang jualan sate?. Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30 (tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu